Dalam riwayat peradaban manusia, yang terjalin selama ribuan tahun melalui perang, perdamaian, penciptaan, dan penghancuran, terdapat benang merah yang halus sekaligus penting: permainan. Di luar kerangka ekonomi, politik, dan rasionalitas yang kaku, terdapat ranah spontanitas dan kebebasan tempat imajinasi berkembang pesat. Ranah ini tergambar dalam frasa Latin Homo Ludens , atau "manusia sebagai pemain". Konsep ini diperkenalkan oleh sejarawan Belanda Johan Huizinga dalam karyanya yang inovatif pada tahun 1938 dengan judul yang sama. Melalui sudut pandang ini, budaya manusia itu sendiri tidak hanya dibangun atas logika atau kelangsungan hidup, tetapi pada dasarnya muncul dari tindakan bermain. Bermain, dalam visi Huizinga, bukanlah sekadar hiburan yang sia-sia atau selingan kekanak-kanakan. Bermain adalah aktivitas yang otonom dan mandiri, yang memiliki makna dan nilainya sendiri, terlepas dari manfaat material. Ini adalah sesuatu yang dilakukan untuk kesenangan dari tind...