![]() |
Stadium Old Trafford, markas Manchester United. Foto oleh Samuel Regan-Asante di Unsplash |
Setelah ditinggal oleh manajer legendaris mereka, Sir Alex Ferguson, Manchester United masih meraba-raba kejayaan mereka. Pria asal Skotlandia tersebut merupakan salah satu manajer Manchester United tersukses sepanjang sejarah mereka. Pria berumur 82 tahun tersebut, lahir pada tanggal 31 Desember 1941, hampir separuh dari karir manajerial sepakbolanya dihabiskan di Manchester United. Karirnya di Manchester United dimulai pada tahun 1986 dan berakhir pada tahun 2013, hampir 27 tahun kariernya sebagai manajer sepakbola dihabiskan di Manchester United.
Selain terkenal karena ia berhasil mendapatkan gelar Premier League — Liga Primer Inggris — Ia juga terkenal karena bagaimana Ferguson memperlakukan anak buahnya (para pemain) ketika mereka membuat kesalahan.
Praktik tersebut dikenal dengan Hairdryer Treatment. Salah satu korban dari Hairdryer Treatment tersebut adalah David Beckham, yang disebutkan dalam buku autobiografi Sir Alex Ferguson yang berjudul, Alex Ferguson, My Autobiography, halaman 71.
Pada bulan Februari 2003, tepatnya pada babak kelima piala FA kontra Arsenal, ketika itu Manchester United harus menelan kekalahan 2-0. Beckham yang dianggap tidak banyak melakukan pertahanan dan malah sering menyerang, menjadi sasaran omelan Ferguson sekaligus harus terkena sepatu di kepalanya.
Ketika itu tergeletak banyak sepatu di lantai dan Ferguson mendengar David Beckham mengumpat, Ferguson pun berjalan menghampirinya sekaligus menendang sepatu yang tergeletak tersebut. Sepatu itu menyasar kepala Beckham dan sisanya adalah sejarah. Foto Beckham menggunakan plester di alisnya menjadi topik hangat di media.
Nama dari praktik tersebut, Hairdryer treatment, demikian karena “omelan” dari sang mantan manajer Manchester United tersebut layaknya sebuah mesin pengering rambut, hairdryer, yang terlontarkan dari mulut pria berusia 82 tahun kelahiran Govan, Glasgow, Skotlandia tersebut.
Selain hairdryer treatment, ada hal menarik lain yang pernah dilakukan oleh mantan manajer tersukses Manchester United tersebut. Pada natal tahun 2001, terjadi perdebatan hebat di keluarganya. Ferguson, kala itu masih terlelap di sofanya, setelah ia bangun, ia mendapatkan “vonis” dari anak dan istrinya. Setelah berdebat, anak dan istrinya memutuskan untuk tidak membiarkan sang manajer Manchester United untuk pensiun.
Seperti yang diceritakan oleh Fergie, panggilan akrab Ferguson, dalam buku autobiografinya, ia memiliki keinginan untuk pensiun setelah ia berhasil menjuarai Liga Champions Eropa. Ia berhasil memenangkan kompetisi sepakbola dengan prestise yang tertinggi di Eropa tersebut pada tahun 1999 dalam kemenangan dramatis melawan Bayern Munchen di Barcelona. Fergie tak ingin mengulangi apa yang ia sebut sebagai Sindrom Matt Busby, yang juga seorang manajer Manchester United pada era yang disebut sebagai “Busby Babe”.
Fergie sudah merasa puas dengan pencapaiannya sehingga ia memutuskan untuk pensiun sebagai seorang manajer sepakbola. Namun, keinginan tersebut batal terealisasikan sebab ia tertidur di sofanya, pada saat para anggota keluarga yang lain sedang menggodok keputusan Fergie tersebut dan pada akhirnya memveto keputusan tersebut.
Andaikata Fergie tak tertidur pada malam natal tahun 2001, mungkin kita saat ini tidak akan menyaksikan kehebatan Manchester United di Premier League, yang pada masa kepemimpinannya Manchester United berhasil meraih gelar kampiun Inggris sebanyak 20 kali atau kita juga tidak akan menyaksikan rivalitas antara Jose Mourinho dan Alex Ferguson yang pada suatu kesempatan mencapai titik didihnya.
Kita juga tidak akan menyaksikan bagaimana ia bersusah payah melawan FC Barcelona yang diasuh oleh Josep “Pep” Guardiola, pada tahun 2009 dan 2011, yang menurutnya, “Kecil itu Indah”. Bahkan, pada halaman 41, pada buku Alex Ferguson, My Autobiograhy, disebutkan bahwa terdapat kemungkinan jika Sven-Goran Eriksson akan menjadi penggantinya.
Kita patut bersyukur bahwa Fergie mengurungkan niatnya untuk pensiun. Pada akhirnya, ia betul-betul pensiun pada tahun 2013, setelah ia berhasil mempersembahkan gelar Premier League ke-20 untuk Manchester United, klub terakhir yang ia manajeri, setidaknya hingga tulisan ini diterbitkan.
Daftar Pustaka
Brown, Matthew. (2024). Every word: Ten Hag’s post-Villa press conference. [online] Google.com. https://www.google.com/amp/s/www.manutd.com/en/amp/news/detail/every-word-from-erik-ten-hag-press-conference-after-aston-villa-0-man-utd-0-on-6-october-2024 [Diakses pada 16 Oktober 2024].
Ferguson, Alex. (2013). Alex Ferguson: My Autobiography. Hodder & Stoughton.
Penulis: Pramadam Muhamad Anwar
Editor: Artaqi Bi Izza
Komentar
Posting Komentar