Langsung ke konten utama

Evolusi Korset - Tak Hanya Sekadar Pakaian

  Artikel ini bukan bermaksud untuk merendahkan perempuan, tetapi justru sebaliknya. Dengan adanya tuntutan sosial dan segala hal lainnya, artikel ini berupaya mendukung para perempuan yang harus menghadapi kodratnya sebagai perempuan, untuk tetap memakai pakaian yang mereka perlu untuk gunakan. 

Zaman kini, Korset adalah salah satu moda aksesoris perempuan yang masih cukup digandrungi. Dalam perkembangannya, korset berevolusi menjadi bra dalam kesempatan tertentu seperti contoh, pada abad ke-20. Buste Houder atau BH atau juga dikenal sebagai Brassiere, sendiri adalah suatu pakaian yang dikenakan oleh perempuan. Dalam kultur Indonesia sendiri, BH dikenal sebagai kutang. 

Berbicara mengenai sejarah bagaimana suatu pakaian, dalam konteks ini, kutang, tentu tidak bisa dilepaskan dari sejarah pergerakan feminisme. Konsep BH sendiri tercatat sudah digunakan sejak zaman Minoa, Mesir Kuno, Kreta, Asyur, Romawi, dan Yunani. Akan tetapi, BH yang bentuknya seperti sekarang, baru ditemukan pada abad ke-20. Apa yang dipakai oleh perempuan pada era kuno tersebut, lebih tepat disebut sebagai korset dibandingkan bra. Dalam The Evolution of Brassiere in the 20th Century, disebutkan jika sekitar tahun 1700 SM, jika orang Minoa menggunakan korset yang dililitkan terhadap bagian tubuh mereka. 

Hal senada juga disebutkan oleh penelitian tersebut, bahwa orang Mesir Kuno juga menggunakan semacam korset yang berupa semacam pita yang diletakkan di bawah dada mereka sebagai pakaian luar. Selain sebagai aksesoris dan pakaian penunjang, korset juga digunakan oleh orang Romawi sebagai penanda status sosial, yang membedakan para perempuan Romawi yang merdeka dengan para budak. Perempuan Romawi menggunakan korset yang dililitkan dengan ketat, untuk menunjukkan superioritas atas para budak sekaligus menunjukan status rendah mereka dan ketundukan mereka terhadap para tuan pemilik mereka.


Sebuah Iklan Korset yang dibuat pada tahun 1897 oleh Henri Privat-Livemont

Terdapat miskonsepsi yang mengatakan bahwa, perempuan baru menggunakan korset pada abad ke-19, tetapi hal tersebut dapat dibantah dengan adanya lukisan-lukisan peradaban kuno, seperti yang terlukiskan dalam tembikar di Kreta, Mesir Kuno, Yunani Kuno, hingga Asyur. Selain korset, orang Yunani Kuno juga menggunakan apa yang disebut sebagai “zona”.

Korset memainkan peran penting dalam sejarah. Perempuan kerap kali memandang korset sebagai sebuah pakaian sekaligus keharusan, begitu juga dengan Laki-laki, yang memandang korset sebagai sebuah keseriusan. Pada era tersebut, korset adalah suatu pakaian yang sangat sempit, dekoratif, dan juga menimbulkan ketidaknyamanan bagi penggunanya.

Beranjak ke era yang lebih modern, yaitu abad ke-20, korset mulai berubah bentuk. Bentuk awal korset yang begitu sempit di pinggang, perlahan-lahan mulai mengendur dalam artian sudah tidak begitu sempit. Herminie Cadolle, seorang penemu, yang memamerkan desainnya pada sebuah eksibisi, yaitu berupa dua buah pakaian dalam, yang kemudian ia patenkan. Fakta menarik terkait Cadolle, ia menjadi salah satu tukang bra paling terkenal di Paris, bahkan ia pernah bekerja sama dengan Mata Hari, seorang mata-mata yang pernah berada di Hindia Belanda.

Pada tahun 1900-an, prototipe eksperimen terhadap bra sudah mulai dilakukan. Paten pertama dari bra, dipatenkan oleh seorang dari Brooklyn, New York, Amerika Serikat, Henry Lesher. Paten dari Henry Lesher tersebut dideskripsikan sebagai sebuah bra yang menawarkan kepada para perempuan sebuah struktur metalik yang kaku. Sumber lain mengatakan jika pada tahun 1859, Henry L. Leshe menciptakan apa yang akan disebut sebagai bra. Kebanyakan perempuan yang hidup sebelum abad ke-20, biasanya menggunakan korset. Dalam Bra in the New Era: A Study from the Perspective of Feminism, juga disebutkan bahwa penggunaan korset merupakan pertanda sebuah status seorang perempuan. 

Brassiere sendiri pada awalnya merupakan istilah militer, dari bahasa Perancis, Le Bras, yang berarti pelindung lengan. Para produsen bra menggunakan istilah tersebut sejak tahun 1904 dan pada saat American Vogue menggunakan kata tersebut, istilah itu melejit dan pada tahun 1911, kata Brassiere sendiri masuk ke dalam Kamus Oxford. Selain budaya dan status sosial, korset juga dipengaruhi oleh perang, tepatnya Perang Dunia I yang mengendurkan tren penggunaan korset di Amerika Serikat. Akibat perang, banyak dari perempuan yang mengambil alih “pekerjaan laki-laki”, seperti pekerjaan yang bergerak di bidang pertambangan yang membuat mereka meninggalkan korset karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan mereka menggunakan pakaian yang lebih layak kerja seperti seragam pabrik.


Daftar Pustaka


Khor, J. (2012). The Evolution of Brassiere in the 20th Century. Honors Theses. 2342.

Li, Z. (2022, January). Bra in the New Era: A Study from the Perspective of Feminism. Dalam prosiding 2021 International Conference on Social Development and Media Communication (SDMC 2021), hlm. 367-371. Atlantis Press.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ultimatum Inggris dan Meletusnya Pertempuran 10 November

Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran antara pasukan pejuang Indonesia dengan pasukan Kemaharajaan Inggris yang mendarat di kota Surabaya. Puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 1945. Pertempuran pecah pada 30 Oktober setelah komandan pasukan Inggris, Brigadir Aubertin Walter Sothern Mallaby tewas dalam baku tembak. Pengungsi Tionghoa mencari perlindungan selama Pertempuran Surabaya Kematian sang brigadier terdengar ke Panglima Tertinggi Sekutu Komando Asia Tenggara, Laksamana Louis Mountbatten sehingga ia mengirimkan Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh. Mansergh menggantikan posisi Mallaby yang tewas dalam baku tembak di sekitar Gedung Internatio, dekat Jembatan Merah, pada 30 Oktober 1945 menjelang malam. Sesaat Mayor Jenderal Mansergh tiba di kota Surabaya untuk memimpin tentara Inggris yang berada di kota tersebut, sang jenderal mengirimkan ultimatum yang diperintah oleh Laksamana Mountbatten kepada Rakyat Surabaya.   Ultimatum ini dibacakan oleh Jenderal Manser...

The Essence

                 (Photo by Pramadam Muhamad Anwar) One photo, millions of meanings. Yep, you read it correctly. Protesting, couples holding hands, merchants trying to sell their products to the protesters hoping that they could achieve some revenues by selling their stuff.  Motorbikes, especially scooters were parked at the side of the road.  Water Cannon, that was being parked inside the Palace of the Governor of East Java,  (a car-like vehicle that is used by the Indonesian Police) was bursting its content, pressurized-water towards the protesters.  During the protest in Surabaya, (24/3/2025), the atmosphere that arose from the situation was just like one of The Beatles’ song called Helter Skelter . It was very tense and kind of intriguing to be able to stand as one of the protesters towards the Government’s Policy about The National Indonesian Army Regulation.  Estimated over hund...

Saat Suhu Panas di Batavia Meregang Nyawa Serdadu Inggris.

  Sewajarnya, jika tidak ada perubahan iklim yang ekstrim, musim kemarau akan berakhir di bulan September dan pada bulan Oktober akan berganti musim ke musim penghujan. Indonesia terletak di Garis Khatulistiwa, yang berarti tepat berada di lintasan matahari. Suhu yang tinggi, menjadi perhatian khusus bagi masyarakat, karena perubahan iklim semakin memprihatinkan. Sebagai contoh, di Daerah Khusus Jakarta, suhu pada saat artikel ini ditulis (bulan Oktober 2024), menurut weather.com , menunjukkan angka 33 derajat celcius.  Pendaratan pasukan Inggris di Cilincing. Thorn, William, 1781-1843; Jeakes, Joseph, engraver; Egerton, Thomas, bookseller, publisher, CC0, via Wikimedia Commons. Dikutip dari CNN Indonesia (3/10/2024), BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) membeberkan alasan mengapa suhu di Jakarta meningkat. Kepala Meteorologi Publik, Andri Ramdhani berujar kepada media terkait, kalau alasan dari terik matahari yang meningkat diakibatkan oleh minimnya awan y...