Langsung ke konten utama

Kartun Anak-Anak dan Propaganda Perang Dunia 2


(Ilustrasi oleh Fajar)

     

Mungkin dari kita sudah tidak asing lagi mendengar kata propaganda. Suatu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh kelompok atau organisasi tertentu dengan tujuan untuk mempengaruhi masyarakat, walau terkadang menyajikan fakta yang manipulatif. Namun demikian jika dilihat secara historis, dulunya propaganda telah menjadi deskriptif netral dalam penyampaian kepentingan tertentu. Propaganda kerap disampaikan dalam bentuk poster dengan visual yang menarik perhatian banyak orang. Dalam seiring berkembangnya zaman, media penyampaiannya juga ikut bertambah seperti melalui acara televisi, film, acara radio dan yang lainnya.

    Seperti tujuannya tadi jika propaganda itu ditujukan untuk mempengaruhi masyarakat demi kepentingan tertentu. Di pembahasan tulisan ini kita akan melihatnya dari sejarah militer, terutama dalam konflik besar yang pernah terjadi yaitu Perang Dunia 2. Konflik yang terbagi menjadi dua kubu yaitu Axis dan Allies ini, masing-masing dari kubu gencar menyebarkan propaganda perang agar mendapatkan dukungan penuh dari rakyatnya. Jika sebelumnya penyampaian propaganda ini disampaikan melalui poster atau lukisan, namun kepentingan itu juga masuk ke dalam tayangan anak-anak atau kita sebut saja dengan kartun. Mungkin kalian pernah melihat kartun seperti Spongebob, Dora the Explorer, Shaun the Sheep, Tom and Jerry, Woody Woodpecker dan lainnya bukan. Tayangan yang membuat kita terhibur di pagi hari sebelum kita sekolah.

Namun apakah kalian pernah mendengar kartun Tokio Jokio, Der Fuehrer's Face, The New Spirit, The Ducktators, Scrap Happy Daffy, Education for Death dan lainnya. Kartun-kartun tersebut hadir disaat konflik Perang Dunia 2 sedang terjadi, dimana selain menawarkan hiburan kartun tersebut juga dimasukkan propaganda oleh pemerintah. Kartun-kartun hasil dari studio Disney maupun Warner Bros turut andil dalam membantu pemerintah Amerika Serikat dalam memenangkan konflik tersebut. Kartun-kartun yang ditayangkan selain menyajikan hiburan juga menyajikan patriotisme yang membangkitkan semangat dan mendoktrinisasi penonton. Ambil contoh saja pada kartun dari studio Walt Disney yaitu Der Fuehrer’s Face dimana Donald Duck atau Donal Bebek seakan tersiksa disaat dia hidup dibawah kekuasaan Nazi Jerman. Namun disaat ia terbangun dari mimpinya dimana dia sedang berada di Amerika Serikat dengan patung Liberty di sampingnya seakan dia hidup bebas dan damai. 

Selain itu ada juga kartun The New Spirit yang memberi tahu Donal Bebek untuk membayar pajak tepat waktu untuk membuktikannya sebagai patriot sejati demi mengalahkan pihak Axis. Ada pula kartun The Victory Through Air Power yang mempromosikan keunggulan strategis dari pesawat pengebom. Terdapat juga kartun berjudul Education for Death, dimana kartun ini menceritakan seorang anak bernama Hans dengan berkebangsaan Jerman dimana dia seharusnya bisa hidup ceria, namun ditampilkan suram dimana dia dipaksa menjadi tentara Nazi Jerman tanpa ampun, begitu pun juga dengan anak-anak Jerman lainnya dimana mereka diberi pendidikan untuk mati di medan perang. Sehingga dengan adanya propaganda seperti ini membuat para penonton dibuat lebih memilih hidup di pihak Allies daripada di pihak Axis.

Tidak hanya itu, kartun-kartun tersebut terkadang kerap melambangkan stereotip rasis pada masa itu. Jika kalian melihat kartun yang dibuat pada masa itu, kalian bisa melihat seperti apa musuh atau pihak lawan digambarkan dengan karakter yang cukup aneh. Ambil saja contoh kartun Tokio Jokio dari studio Warner Bros dimana orang-orang Jepang digambarkan dengan penggambaran mata sipit, gigi yang besar, badan kecil dengan bentuk yang tidak realistis. Menurut Sejarawan Brian Niiya yang berspesialisasi dalam sejarah Jepang-Amerika, dia berpendapat terkait penggambaran karakter dari kartun propaganda pada masa itu.

Brian Niiya berpendapat, “Saya terkejut dengan fakta bahwa karakter Hitler terlihat agak realistis, sedangkan karakter Hirohito bahkan tidak terlihat seperti manusia. Anda melihat ini di sebagian besar citra Jepang pada periode ini, dimana mereka kadang-kadang bahkan secara eksplisit dibuat menjadi hewan. Demikian pula, anggota band kulit putih setidaknya terlihat seperti manusia, sedangkan karakter Jepang hampir tidak terlihat.” Dia menambahkan, “Cara penggambaran seperti ini berkontribusi pada pemahaman yang nantinya bersifat umum, bahwa orang Jepang semuanya sama dan (berpenampilan) kurang dari manusia normal.” Dari hal ini menunjukkan jika kartun-kartun propaganda yang muncul pada masa itu, selain bertujuan untuk mendapatkan dukungan baik berupa peningkatan moral maupun material dari rakyatnya namun juga menampilkan penyebaran gambaran rasis terhadap musuh mereka terutama pihak Jepang yang digambarkan lebih buruk daripada Jerman maupun Italia.

NB: (Kartun-kartun yang disebutkan diatas tadi bisa kalian akses dan lihat di Youtube atau di https://archive.org/details/animationandcartoons baik dari studio Walt Disney maupun Warner Bros)

Oleh: Yoga Widya Kencana

Mahasiswa Sejarah UNY, sedang menggeluti pada sejarah perang dunia 2 di kawasan Pasifik dan Hindia

Kurasi: Artaqi Bi Izza Al Islami

Rujukan Tambahan:


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ultimatum Inggris dan Meletusnya Pertempuran 10 November

Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran antara pasukan pejuang Indonesia dengan pasukan Kemaharajaan Inggris yang mendarat di kota Surabaya. Puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 1945. Pertempuran pecah pada 30 Oktober setelah komandan pasukan Inggris, Brigadir Aubertin Walter Sothern Mallaby tewas dalam baku tembak. Pengungsi Tionghoa mencari perlindungan selama Pertempuran Surabaya Kematian sang brigadier terdengar ke Panglima Tertinggi Sekutu Komando Asia Tenggara, Laksamana Louis Mountbatten sehingga ia mengirimkan Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh. Mansergh menggantikan posisi Mallaby yang tewas dalam baku tembak di sekitar Gedung Internatio, dekat Jembatan Merah, pada 30 Oktober 1945 menjelang malam. Sesaat Mayor Jenderal Mansergh tiba di kota Surabaya untuk memimpin tentara Inggris yang berada di kota tersebut, sang jenderal mengirimkan ultimatum yang diperintah oleh Laksamana Mountbatten kepada Rakyat Surabaya.   Ultimatum ini dibacakan oleh Jenderal Manser...

Saat Suhu Panas di Batavia Meregang Nyawa Serdadu Inggris.

  Sewajarnya, jika tidak ada perubahan iklim yang ekstrim, musim kemarau akan berakhir di bulan September dan pada bulan Oktober akan berganti musim ke musim penghujan. Indonesia terletak di Garis Khatulistiwa, yang berarti tepat berada di lintasan matahari. Suhu yang tinggi, menjadi perhatian khusus bagi masyarakat, karena perubahan iklim semakin memprihatinkan. Sebagai contoh, di Daerah Khusus Jakarta, suhu pada saat artikel ini ditulis (bulan Oktober 2024), menurut weather.com , menunjukkan angka 33 derajat celcius.  Pendaratan pasukan Inggris di Cilincing. Thorn, William, 1781-1843; Jeakes, Joseph, engraver; Egerton, Thomas, bookseller, publisher, CC0, via Wikimedia Commons. Dikutip dari CNN Indonesia (3/10/2024), BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) membeberkan alasan mengapa suhu di Jakarta meningkat. Kepala Meteorologi Publik, Andri Ramdhani berujar kepada media terkait, kalau alasan dari terik matahari yang meningkat diakibatkan oleh minimnya awan y...

Tragedi Hotel Yamato

Tanggal 18 September 1945, pasukan Sekutu yang tergabung dalam Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) yang berada dibawah kendali AFNEI tiba di Surabaya. Satuan ini memiliki tugas untuk mengurus tawanan Belanda sekaligus melucuti sisa-sisa tentara Jepang. Mereka menjadikan hotel Yamato sebagai markas bantuan rehabilitasi untuk tawanan perang dan Interniran. Hotel Yamato (Sekarang Hotel Majapahit) dan Teks Peringatan Peristiwa 19 September (Wikimedia Commons). Tanggal 19 September 1945, tepatnya pada pukul 21:00, sekelompok orang dari pihak Belanda dibawah komando W.V.C Ploegman, diperintahkan untuk mengibarkan bendera Belanda di atas hotel Yamato tanpa seiizin pemerintah Surabaya. Keesokan harinya, para warga yang melintas di depan hotel Yamato dibuat terkejut dan marah karena Belanda telah melecehkan harga diri Indonesia. Massa yang kesal pun mendatangi hotel Yamato untuk memprotes tindakan Belanda. Residen Soedirman yang dikawal oleh Sidik dan Haryono, kemud...