Langsung ke konten utama

Kolonialisme dan Lahirnya Lagu Kebangsaan Filipina

 

Lagu kebangsaan adalah hal krusial bagi sebuah negara maupun bangsa. Lagu kebangsaan menjadi suatu identitas yang melekat pada suatu entitas negara-bangsa. Sebagai contoh, lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya, yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman, menjadi identitas bangsa Indonesia maupun Republik Indonesia. 

Di ASEAN sendiri, terdapat sebelas negara, di antaranya adalah Filipina. Filipina adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di utara Kalimantan. Tak hanya Indonesia, Filipina pun juga punya lagu kebangsaan. Lagu kebangsaan mereka adalah Lupang Hinirang yang berarti “Tanah Terpilih”.

Sejarah Filipina

Filipina adalah sebuah negara yang merdeka pada akhir abad ke-19. Meraih kemerdekaannya dari Spanyol setelah sebelumnya dijajah selama ratusan tahun oleh kerajaan yang berasal dari Semenanjung Iberia tersebut. Dikutip dari Spices karya Roger Crowley, Mactan, sebuah tempat di Filipina modern, menjadi saksi bisu kematian sang penemu Selat Magellan, Fernando Magellan. Magellan yang sudah berlayar melewati Samudra Atlantik, kemudian bertarung melawan badai sepanjang perjalanannya untuk menemukan Kepulauan Rempah-Rempah, secara sombong dan percaya diri menantang penguasa Mactan, Lapu-Lapu tanpa bantuan dari raja setempat. Hal tersebut berakhir dengan kematiannya sendiri. 

Pada kesempatan sebelumnya, Spanyol berupaya untuk menguasai Kepulauan Rempah-Rempah atau orang Indonesia biasa mengenalnya sebagai Kepulauan Maluku. Akan tetapi, kepulauan tersebut berada di wilayah Portugis yang beracuan pada garis Tordesillas. Dengan adanya hal tersebut, maka Spanyol pun mencari jalur alternatif, yaitu dengan mencoba menguasai Filipina. 

Dikutip dari buku yang sama, tak menyerah, Kerajaan Spanyol kemudian mengirim salah satu perwiranya, Ruy Lopez de Villalobos, untuk kembali mengolonisasi Filipina, tetapi ia gagal dalam tugasnya. Seakan tak kenal kata menyerah, Kerajaan Spanyol kemudian mengirim Miguel Lopez de Legazpi untuk menaklukkan dan menguasai Filipina. Legazpi pun berhasil dalam misinya, ia juga menyerang Manila dan mendirikan kota tersebut dengan versinya sendiri, kekuasaan Spanyol.

Singkatnya, Spanyol berkuasa selama lebih dari tiga ratus tahun di Filipina. Kemudian munculah riak-riak nasionalisme yang menjadi katalis kemerdekaan Filipina itu sendiri. Emilio Aguinaldo muncul sebagai sosok sentral dalam kemerdekaan Filipina, yang kemudian perannya diperdebatkan apakah ia seorang pahlawan atau justru seorang pengkhianat.  Setelah berhasil merdeka dari Spanyol, Filipina kemudian sempat berganti-ganti kekuasaan, mulai dari di bawah Amerika Serikat, hingga Jepang.

Julián Reyes Felipe, komposer Marcha Nacional Filipina, sekarang dikenal sebagai Lupang Hinirang.

Pada era kemerdekaan tersebutlah, Lupang Hinirang, diciptakan. Menurut situs kedutaan Filipina di Canberra, Australia, lagu tersebut merupakan produk dari revolusi. Lagu ini diciptakan pada tahun 1898, ketika Emilio Aguinaldo memerintahkan Julian Felipe, seorang pianis dan komposer untuk membuat sebuah mars untuk para pendukung revolusi. Julian membuat lagu tersebut selama enam hari yang kemudian ia mainkan. Julian awalnya menamakannya Marcha Filipino Magdalo dan kemudian diganti menjadi Marcha Nacional Filipino.

Lagu tersebut diperdengarkan secara publik untuk kali pertamanya pada tanggal 12 Juni 1898. Pada awalnya, lagu tersebut tidak berlirik, alias hanya sebuah mars saja. Kemudian, Lagu tersebut ditambahkan lirik oleh Jose Palma pada tahun 1899, yang membuat lagu Lupang Hinirang menjadi mempunyai lirik. Kini, lagu Lupang Hinirang tersebut menjadi lagu kebangsaan dari negara Filipina, yang berpenduduk 109 juta jiwa. 


Referensi

Crowley, R. (2024). Spice, The 16th-Century Contest that Shaped the Modern World.  Yale University Press.

www.philembassy.org.au. (n.d.). National Anthem | Philippine Embassy of Canberra Australia. https://www.philembassy.org.au/the-philippines/national-anthem. Diakses pada tanggal 9 Januari 2025.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ultimatum Inggris dan Meletusnya Pertempuran 10 November

Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran antara pasukan pejuang Indonesia dengan pasukan Kemaharajaan Inggris yang mendarat di kota Surabaya. Puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 1945. Pertempuran pecah pada 30 Oktober setelah komandan pasukan Inggris, Brigadir Aubertin Walter Sothern Mallaby tewas dalam baku tembak. Pengungsi Tionghoa mencari perlindungan selama Pertempuran Surabaya Kematian sang brigadier terdengar ke Panglima Tertinggi Sekutu Komando Asia Tenggara, Laksamana Louis Mountbatten sehingga ia mengirimkan Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh. Mansergh menggantikan posisi Mallaby yang tewas dalam baku tembak di sekitar Gedung Internatio, dekat Jembatan Merah, pada 30 Oktober 1945 menjelang malam. Sesaat Mayor Jenderal Mansergh tiba di kota Surabaya untuk memimpin tentara Inggris yang berada di kota tersebut, sang jenderal mengirimkan ultimatum yang diperintah oleh Laksamana Mountbatten kepada Rakyat Surabaya.   Ultimatum ini dibacakan oleh Jenderal Manser...

Saat Suhu Panas di Batavia Meregang Nyawa Serdadu Inggris.

  Sewajarnya, jika tidak ada perubahan iklim yang ekstrim, musim kemarau akan berakhir di bulan September dan pada bulan Oktober akan berganti musim ke musim penghujan. Indonesia terletak di Garis Khatulistiwa, yang berarti tepat berada di lintasan matahari. Suhu yang tinggi, menjadi perhatian khusus bagi masyarakat, karena perubahan iklim semakin memprihatinkan. Sebagai contoh, di Daerah Khusus Jakarta, suhu pada saat artikel ini ditulis (bulan Oktober 2024), menurut weather.com , menunjukkan angka 33 derajat celcius.  Pendaratan pasukan Inggris di Cilincing. Thorn, William, 1781-1843; Jeakes, Joseph, engraver; Egerton, Thomas, bookseller, publisher, CC0, via Wikimedia Commons. Dikutip dari CNN Indonesia (3/10/2024), BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) membeberkan alasan mengapa suhu di Jakarta meningkat. Kepala Meteorologi Publik, Andri Ramdhani berujar kepada media terkait, kalau alasan dari terik matahari yang meningkat diakibatkan oleh minimnya awan y...

Tragedi Hotel Yamato

Tanggal 18 September 1945, pasukan Sekutu yang tergabung dalam Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) yang berada dibawah kendali AFNEI tiba di Surabaya. Satuan ini memiliki tugas untuk mengurus tawanan Belanda sekaligus melucuti sisa-sisa tentara Jepang. Mereka menjadikan hotel Yamato sebagai markas bantuan rehabilitasi untuk tawanan perang dan Interniran. Hotel Yamato (Sekarang Hotel Majapahit) dan Teks Peringatan Peristiwa 19 September (Wikimedia Commons). Tanggal 19 September 1945, tepatnya pada pukul 21:00, sekelompok orang dari pihak Belanda dibawah komando W.V.C Ploegman, diperintahkan untuk mengibarkan bendera Belanda di atas hotel Yamato tanpa seiizin pemerintah Surabaya. Keesokan harinya, para warga yang melintas di depan hotel Yamato dibuat terkejut dan marah karena Belanda telah melecehkan harga diri Indonesia. Massa yang kesal pun mendatangi hotel Yamato untuk memprotes tindakan Belanda. Residen Soedirman yang dikawal oleh Sidik dan Haryono, kemud...