Lagu kebangsaan Aljazair, yang berjudul "Kassaman" (dari bahasa Arab berarti "Kami bersumpah"), memiliki sejarah yang mendalam dan bermakna yang berkaitan erat dengan perjuangan kemerdekaan negara tersebut. Lagu ini ditetapkan sebagai lagu kebangsaan pada tahun 1963, setelah Aljazair meraih kemerdekaannya dari kekuasaan kolonial Prancis. Namun, latar belakang dan penciptaan lagu ini jauh lebih awal, mencerminkan semangat juang dan identitas nasional bangsa Aljazair.
"Kassaman" ditulis oleh seorang penyair terkemuka, Moufdi Zakaria, pada tahun 1956, saat berlangsungnya Perang Pembebasan Aljazair yang brutal melawan penjajahan Prancis yang dimulai pada tahun 1954. Moufdi Zakaria, yang lahir pada tahun 1928, adalah seorang aktivis nasionalis serta penulis yang sangat terpengaruh oleh kondisi sosial dan politik pada zamannya. Melalui puisi-puisinya, ia berusaha untuk menginspirasi rakyat Aljazair untuk melawan penindasan dan memperjuangkan kebebasan.
Lirik "Kassaman" menggambarkan tekad rakyat Aljazair untuk mempertahankan tanah airnya dengan semangat juang yang tinggi. Dalam lagu ini, terdapat nuansa patriotisme yang mendalam, di mana rakyat berjanji untuk mempertaruhkan jiwa dan raga demi kemerdekaan. Muzik yang menyertainya juga diracik sedemikian rupa agar bisa menggugah semangat lagu dan mempersatukan rakyat dalam perjuangan.
"Kassaman" bukan hanya sekadar lagu; ia merupakan simbol dari perlawanan dan persatuan rakyat Aljazair. Dalam sejarahnya, lagu ini sering dinyanyikan dalam aksi-aksi protes dan dalam berbagai acara kebudayaan yang merayakan identitas Aljazair. Lirik-liriknya menyampaikan aspirasi untuk kebebasan, kehormatan, dan martabat, mencerminkan batin dan jiwa bangsa Aljazair yang merdeka.
Bagian paling terkenal dari liriknya menggambarkan tekad rakyat untuk tidak pernah menyerah. Frasa "Kassaman" sendiri menjadi ungkapan yang menegaskan komitmen untuk berjuang dengan sepenuh hati demi kebebasan. Lagu ini juga menandai momen bersatunya rakyat dari berbagai latar belakang etnis dan sosial dalam perjuangan melawan penjajah.
Selama tahun-tahun konflik antara Aljazair dan Prancis, "Kassaman" menjadi lagu yang sangat penting untuk memotivasi para pejuang kemerdekaan. Lagu ini diperdengarkan dalam berbagai pertemuan dan rapat, menjadi himne yang mengobarkan semangat juang. Dalam setiap liriknya, terdapat dorongan untuk tidak pernah meragukan tujuan perjuangan, dan hal ini memperkuat semangat kolektif di kalangan para pejuang.
Setelah Aljazair meraih kemerdekaan pada tanggal 5 Juli 1962, "Kassaman" diresmikan sebagai lagu kebangsaan pada tahun 1963. Pengesahan ini menjadi pengakuan atas kontribusi besar lagu tersebut dalam perjuangan kemerdekaan dan pembentukan identitas nasional Aljazair. Sejak saat itu, "Kassaman" menjadi bagian integral dari budaya dan tradisi Aljazair, diiringi dengan upacara kenegaraan dan perayaan hari kemerdekaan.
Hingga saat ini, "Kassaman" tetap menjadi simbol kebanggaan bagi rakyat Aljazair. Lagu ini tidak hanya diajarkan di sekolah-sekolah sebagai bagian dari kurikulum pendidikan, tetapi juga dinyanyikan dalam berbagai acara kenegaraan maupun perayaan budaya. Selain itu, "Kassaman" turut mencerminkan nilai-nilai persatuan dan solidaritas di antara rakyat Aljazair.
Mohamed Fawzi, komposer musik "Kassaman". |
Di era modern, ketika tantangan baru muncul, lagu ini tetap relevan sebagai pengingat akan pentingnya bersatu untuk melanjutkan cita-cita kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh generasi sebelumnya. Dalam konteks globalisasi, "Kassaman" menjadi simbol bahwa meskipun zaman telah berubah, semangat juang dan kebanggaan terhadap identitas nasional harus selalu dipertahankan.
Sejarah lagu kebangsaan Aljazair, "Kassaman," bukan hanya tentang melodi dan lirik, tetapi juga merupakan narasi yang kuat tentang perjuangan, harapan, dan kebangkitan bangsa. Sebagai lambang persatuan dan kemerdekaan, "Kassaman" terus menginspirasi generasi demi generasi, mengingatkan semua orang akan pentingnya berjuang untuk kebebasan dan martabat. Melalui lagu ini, warisan perjuangan rakyat Aljazair akan selalu hidup dan tak akan pernah dilupakan.
Podeh, Elie. "Anthems in the Arab world: A hybrid national symbol." Nations and Nationalism 28.4 (2022): 1379-1394.
Branche, Raphaƫlle. "The martyr's torch: memory and power in Algeria." The Journal of North African Studies 16.3 (2011): 431-443.
Komentar
Posting Komentar