Langsung ke konten utama

Postingan

Peran Pendidikan, Kesehatan, dan Hak Pekerja

Pendidikan sebagai Fondasi Pendidikan adalah fondasi utama dalam pembangunan masyarakat yang adil, beradab, dan bebas. Dalam kerangka Sosialisme Demokratis, pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana mencetak tenaga kerja, melainkan sebagai instrumen pembebasan manusia. Tujuan pendidikan bukan untuk menundukkan individu kepada sistem yang otoriter atau tunduk kepada dogma-dogma lama yang tidak rasional, melainkan membangun manusia yang berpikir kritis, rasional, beradab, dan berani mempertanyakan ketimpangan serta ketidakadilan di sekelilingnya. Rasionalitas dalam Pendidikan Pendidikan harus berakar pada rasionalitas, bukan pada mistikalisme, fanatisme buta, atau tradisi yang tidak relevan dengan kemajuan akal manusia. Namun demikian, nilai-nilai budaya tetap dihormati sejauh budaya tersebut selaras dengan nalar, memperkuat semangat egalitarianisme, dan menghargai martabat manusia. Pendidikan yang rasional tidak memusuhi budaya, tetapi mengkritisinya dan memilih aspek-aspek yang m...
Postingan terbaru

Wangsa Jokowisme

  Ketika saya menulis opini ini, saya sedang menyantap Mie Ongklok khas Wonosobo sambil menikmati keindahan alam Dataran Tinggi Dieng dari Puncak Sikunir, Jawa Tengah. Beberapa warga sekitar, yang tahu bahwa saya berasal dari Surabaya, menyempatkan diri untuk bertanya mengenai unjuk rasa yang terjadi di Kota Pahlawan. “Pripun unjuk rasane ten Suroboyo?” (Bagaimana unjuk rasa-nya di Surabaya?), ucap seorang supir bus yang saya tumpangi. Saya yang tak ingin bertele-tele, langsung saja menjawab, “Nggih, ngoten”, (Ya..Begitulah). Memang, unjuk rasa di Surabaya menjadi buah bibir di mana-mana, termasuk di Wonosobo, 300 kilometer jauhnya di Barat sana. Selain ke Bukit Sikunir, saya menyempatkan diri ke Candi Arjuna yang terletak di Banjarnegara, peninggalan Wangsa Sanjaya, era Mataram Kuno. Komplek candi seluas sekitar satu hektar tersebut sedang digunakan untuk beribadah dan ada satu candi yang sedang direnovasi. Candi tersebut berdiri megah setelah ribuan tahun lalu dibangun oleh Wangs...

Kemerdekaan yang Terkoyak: Saat Rakyat Menjadi Bos yang Dilupakan

Kemerdekaan sejatinya adalah hadiah abadi bagi bangsa, namun pada usia 80 tahun Republik ini, kita perlu bercermin dengan logika yang jernih. Qiyas dalam hukum Islam mengajarkan bahwa jika sebuah penyakit memiliki sebab yang sama, maka obatnya pun serupa; korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) adalah penyakit lama yang selalu berulang karena sebabnya adalah keserakahan manusia yang tidak pernah diawasi dengan serius. Maka, sebagaimana penyakit tubuh harus disembuhkan dengan disiplin, penyakit politik dan hukum Indonesia hanya bisa disembuhkan dengan supremasi sipil yang berani menegakkan hukum atas para elit dan aparat. Tanpa itu, kemerdekaan hanyalah slogan, bukan realitas. Dialektika Hegel mengajarkan bahwa sejarah adalah pertempuran antara tesis dan antitesis yang melahirkan sintesis. Namun, di Indonesia, yang lahir bukan sintesis, melainkan kompromi busuk: rakyat menuntut keadilan, elit menjawab dengan janji, lalu kompromi terjadi dalam bentuk kebijakan setengah hati yang tetap mengu...

Al-Hasan bin Ali: Pemimpin Muda Yang Memilih Jalan Damai Demi Menyelamatkan Umat Islam

Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu pertama dari  Nabi Muhammad ﷺ dari pasangan mulai  Fatimah dan Ali bin Abi Thalib, lahir pada pertengahan Ramadhan tahun ke-3 Hijriah. Ia menjadi anak pertama dalam sejarah Arab yang diberi nama “Hasan”—nama yang diberikan langsung oleh Nabi, yang juga melakukan aqiqah dan berderma perak seberat rambutnya. Sejak kecil, Al imam Hasan tumbuh dalam kasih sayang Nabi yang sering memeluk dan mencium cucunya itu di bagian bibir. Nabi bersabda, “Ya Allah, aku mencintainya, maka cintailah dia” (HR. Bukhari-Muslim). Dalam sabda lain, Nabi ﷺ menyebut, “Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid (pemimpin mulia), dan Allah akan mendamaikan dengannya dua kelompok besar dari kaum Muslimin” (HR. Bukhari).  Hasan dikenal sebagai pribadi yang shaleh, berakhlak lembut, dan penuh kebijaksanaan. Ia juga meriwayatkan hadits langsung dari Nabi, dan menjadi rujukan banyak ulama sesudahnya baik Sunni maupun Syiah. Selepas meninggalnya Khalifah dan imam Ali bin ...

Abbas Bin Firnas

Patung Ibn Firnas abad ke-20 di luar Bandara Internasional Baghdad.   Zaltmatchbtw ,  CC BY-SA 4.0 , via Wikimedia Commons . Abbas Abu al-Qasim bin Firnas ibnu Wirdas al-Takurini atau yang biasa dikenal sebagai Abbas ibn firnas, adalah seorang polimatik Andalusia, seorang penemu, fisikawan, kimiawan, teknisi, musisi Andalusia dan penyair berbahasa Arab. Ia lahir pada tahun 810 Masehi di kota Ronda, Andalusia. Abbas ibn firnas dikenal luas karena percobaan gila nya terhadap alat yang dapat membawanya terbang Ia terinspirasi oleh kandungan salah satu ayat Al-Qur'an, tepatnya pada surat al mulk ayat 19 yang menjelaskan tentang bagaimana cara burung bisa bertahan di udara dengan penjelasan sebagai berikut: "Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu." Pada tahun 875 Masehi, Abbas ibn Firnas merancang sebuah p...

Homo Ludens : Manusia Yang Bermain-Main

  Dalam riwayat peradaban manusia, yang terjalin selama ribuan tahun melalui perang, perdamaian, penciptaan, dan penghancuran, terdapat benang merah yang halus sekaligus penting: permainan. Di luar kerangka ekonomi, politik, dan rasionalitas yang kaku, terdapat ranah spontanitas dan kebebasan tempat imajinasi berkembang pesat. Ranah ini tergambar dalam frasa Latin Homo Ludens , atau "manusia sebagai pemain". Konsep ini diperkenalkan oleh sejarawan Belanda Johan Huizinga dalam karyanya yang inovatif pada tahun 1938 dengan judul yang sama. Melalui sudut pandang ini, budaya manusia itu sendiri tidak hanya dibangun atas logika atau kelangsungan hidup, tetapi pada dasarnya muncul dari tindakan bermain. Bermain, dalam visi Huizinga, bukanlah sekadar hiburan yang sia-sia atau selingan kekanak-kanakan. Bermain adalah aktivitas yang otonom dan mandiri, yang memiliki makna dan nilainya sendiri, terlepas dari manfaat material. Ini adalah sesuatu yang dilakukan untuk kesenangan dari tind...

Batalyon Garibaldi: Kontingen Komunis Italia di Tanah Spanyol

  Ketika Perang Saudara Spanyol meletus pada tahun 1936, perang ini menjadi lebih dari sekadar konflik nasional—perang ini menjadi ajang pertarungan ideologi internasional. Para relawan dari seluruh dunia berdatangan ke Spanyol, bersatu untuk membela Republik Spanyol melawan pasukan fasis Jenderal Francisco Franco. Di antara mereka terdapat sekelompok antifasis Italia yang berdedikasi yang kemudian dikenal sebagai Batalyon Garibaldi, yang kemudian berkembang menjadi Brigade Garibaldi—nama yang berakar dari warisan pahlawan nasional Italia, Giuseppe Garibaldi. Asal Usul dan Komposisi Batalyon Garibaldi dibentuk pada akhir tahun 1936 sebagai bagian dari Brigade Internasional, pasukan relawan asing terorganisasi yang membantu Republik Spanyol. Sebagian besar terdiri dari orang buangan Italia, emigran politik, dan pejuang antifasis, banyak dari mereka adalah veteran penganiayaan politik di bawah rezim fasis Benito Mussolini. Orang-orang ini, yang sering tinggal di pengasingan di Pranc...