Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2024

Sepak Terjang Industri Perminyakan di Indonesia

  Kabar tentang Shell Baru-baru ini tersiar kabar bahwa salah satu perusahaan bahan bakar umum, Shell, dikabarkan akan angkat kaki dari Indonesia. Dikutip dari CNBC Indonesia, perusahaan Belanda-Inggris tersebut, dalam laporannya, berencana menutup 500 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) pada 2024 dan 2025. Akan tetapi, dikutip dari tempo.co , kabar tersebut dibantah oleh Vice President Corporate Relations Shell Indonesia, Susi Hutapea yang mengatakan bahwa kabar tersebut tidak benar jika Shell disebut akan menutup seluruh SPBU. Shell sendiri secara tidak langsung bermula di Hindia Belanda, tepatnya di Kalimantan Timur pada tahun 1907. Dermaga Royal Dutch Petroleum di Tarakan, sekitar tahun 1925 Dinamika Harga Minyak Berbicara mengenai minyak, harga minyak selalu berubah-ubah dalam perjalanannya sebagai salah satu bahan bakar yang dibutuhkan oleh umat manusia, dewasa ini. Seperti yang ditulis Majalah Tempo , pada edisi April 2020, minyak dunia pada saat itu mengalami penuru...

Coen, Banda, dan Orang Belanda yang Hilang

  Pala adalah salah satu rempah yang masuk dalam lima komoditas ekspor Indonesia yang terbesar setelah kayu manis, kemiri, dan lada. Mungkin di abad ke-21 ini, pala atau myristica fragrans , tidak terlalu bernilai dan bisa didapatkan di toko kelontong terdekat dan harganya mungkin masih terjangkau bagi semua kalangan masyarakat. Bahkan, di Belanda sendiri, harga 1 kilogram pala, “hanya” sekitar 33 ribu rupiah (dengan kurs Euro 16.500 rupiah). Hal ini sudah barangtentu berbeda harga dengan sekitar 400 tahun yang lalu, lebih tepatnya pada tahun 1600-an. Bangsa Eropa banyak yang berlomba-lomba menjelajah ke berbagai belahan dunia untuk mendapatkan rempah-rempah, salah satunya, pala. Salah satu daerah penghasil pala di masa lalu adalah Kepulauan Banda yang kini berada di Provinsi Maluku, Indonesia. Menurut data dari Kementerian Pertanian , selama sepuluh tahun terakhir, produksi pala Indonesia cenderung mengalami peningkatan, yaitu dari tahun 2011 hingga 2020. Peta Kartografi Kepulauan...

Penyerbuan Gudang Senjata Don Bosco Surabaya

     Surabaya pada penghujung tahun 1945 tengah membara dengan semangat revolusi. Berita kekalahan Jepang di Perang Pasifik beserta proklamasi kemerdekaan telah menyebar ke kota pelabuhan tersebut. Layaknya kota-kota lain, perebutan kekuasaan dan senjata sedang terjadi sepanjang September 1945. Di Surabaya, aktivitas ini diorganisir oleh polisi istimewa, satu-satunya unit yang memiliki persenjataan lengkap pada masa itu. Pihak Jepang tidak melucuti persenjataan mereka lantaran tugas mereka sebagai penjaga keamanan dalam negeri masih dibutuhkan, terutama setelah pasukan Jepang mendapatkan perintah untuk menjaga status quo di Hindia Belanda hingga  pasukan sekutu mengambil alih. Rencana mengenai perampasan senjata-senjata milik pasukan Jepang dirumuskan pada 23 September 1945 dalam rapat raksasa II yang dilaksanakan di lapangan Tambaksari. Perebutan dilakukan dengan menyerbu markas maupun tempat penyimpanan senjata di kota Surabaya. Penyerbuan ini dipimpin oleh segeli...

Perjanjian Giyanti: Pembagian Kekuasaan di Mataram pada Abad ke-18

Perjanjian Giyanti, atau Verdrag van Gijanti dalam bahasa Belanda, merupakan perjanjian penting yang ditandatangani pada 13 Februari 1755. Perjanjian ini secara resmi membagi Kesultanan Mataram menjadi dua bagian: Kasunanan Surakarta yang diperintah oleh Pakubuwana III, dan Kesultanan Yogyakarta yang diperintah oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengkubuwana I. Kesepakatan ini merupakan hasil dari konflik internal di Mataram yang melibatkan VOC dalam Perang Tahta Jawa Ketiga (1749–1757). Foto naskah Perjanjian Giyanti yang kini disimpan di Perpustakaan Nasional Indonesia. Latar Belakang Perang Tahta Jawa Ketiga bermula dari ketidakpuasan berbagai pihak terhadap VOC dan internal Mataram. Pada tahun 1743, Pakubuwana II menyerahkan pantai utara Jawa dan Madura kepada VOC sebagai imbalan atas pemulihan kekuasaannya setelah Pemberontakan Tionghoa. Namun, konflik berlanjut setelah wafatnya Pakubuwana II pada 1749. Pakubuwana III, didukung VOC, menghadapi perlawana...